Selasa, 18 November 2008

DUKA HATI SANG PEMUJA

Ia bergegas berjalan ke arah pintu pagar dan membukakannya.
“Lho? Kak Rissa sakit ya?” tanya Ivan dengan nada yang agak sedikit cemas.
“Nda kug, Van. Mungkin kecapean gara-gara ngerjain tugas skolah. Tunggu bentar ya, aku ambil bukunya dulu. Masuk dulu atuh. Duduk di dalam aja ya!”
Ivan pun bergegas melaksanakan instruksi dari si empunya rumah.
“Ini bukunya. Rajin belajar ya, Van! Bentar lagi mo ulangan mid semestar lho!” kata Rissa mengingatkan Ivan.
“Whaa, kak Rissa mirip banget ma kakak perempuanku. Dia suka nasehatin aku supaya rajin belajar. Oa, rambutnya juga mirip ama rambut kakak lho. Hitam berkilau dan panjang. Hehe”
“Wew, masa c?? Siapa nama kakakmu? Kakakmu seumuran ama aku ya?”
“Gak. Kakakku lebih tua empat tahun dari aku. Namanya Astri, tapi sayang banget…….”
“Sayang banget kenapa?”
“Kak Astri uda gak ada. Dia uda meninggal karena kecelakaan tiga tahun yang lalu. Makanya begitu aku ketemu Kak Rissa, aku ngrasa nemuin lagi kakakku yang uda lama pergi ninggalin aku.”
“Waduh, maaf ya aku buat kamu jadi sedih, tapi ternyata nasib kita sama ya, Van. Kita sama-sama harus kehilangan orang yang kita sayangi dan cintai. Sepuluh tahun yang lalu ibuku harus pergi meninggalkan aku selama-lamanya karena penyakit leukimia.” Rissa berkata dengan penuh kesedihan. “Weleh-weleh, kug suasananya jadi memilukan gini sih? Kaya sinetron aja. Hehe.” celutuk Rissa disertai tawa kecil.
“Ya sudahlah kak, mungkin ini memang sudah takdir dari Sang Pencipta. Syukuri aja apa yang ada di hadapan kita saat sekarang ini. Mungkin ini adalah yang terbaik.” Kata Ivan dengan penuh bijaksana. “Kak, aku pulang ya. Maaf ya uda ngerpotin. Makasih atas bukunya.”
“ Sami-sami. Aku senang jika dapat membantu orang lain.”
* * *
Hari demi hari berlalu. Tak terasa satu bulan ternyata telah dilalui. Tujuh hari pertama di Bulan November Rissa lalui dengan berbaring lemah di bangsal rumah sakit. Penyakit leukimia yang dideritanya semakin bertambah parah. Dokter menyatakan bahwa Rissa harus segera melakukan cangkok sumsum tulang belakang. Namun mau bagaimana lagi, sampai sekarang belum ada sumsum tulang belakang yang cocok untuk dirinya. Termasuk sumsum tulang belakang kakak kandungnya sendiri.
* * *
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring menggetarkan pendengaran para penghuni SMA Negeri 1 Bandung. Ivan keluar dari kelasnya dan berjalan menyusuri lorong kelas XII melangkahkan kaki menuju kelas XII IPA 2. Sesampainya disana……
“Kak Chica! Kak Rissa kemana sih kok gak pernah keliatan? Aku sms dan telpon tapi gak pernah ada respon.” Tanya Ivan kepada teman dekat Rissa.
“Lho, kamu gak tau ya?” Chica balik bertanya. Yang ditanyai hanya bengong dan bingung. “Gini Van, Kak Rissa uda seminggu sakit dan dirawat di rumah sakit. Penyakit leukimianya semakin hari semakin parah.”
Mendengar perkataan itu, Ivan benar-benar sangat terkejut. Bagaimana mungkin seminggu yang lalu ia masih sempat bertemu dan bersenda gurau dengan dirinya, namun kini ia terbaring di rumah sakit dan kondisinya benar- benar sangat mengkhawatirkan.
* * *
Hari ini adalah hari yang benar-benar memilukan untuk keluarga besar SMA Negeri 1 Bandung terutama Ivan. Salah satu warganya kini harus pergi ke pangkuan Illahi untuk selamanya di usia yang masih sangat muda dimana begitu masih banyak impian yang belum sempat tercapai. Ivan benar-benar sangat terpukul dengan kejadian ini. Setelah Kak Astrid kini Kak Rissa. Di tanggal dan bulan yang sama 8 November ia harus kehilangan orang yang disayangi dan dicintainya.
Malam kini semakin larut dan pikiran Radit tetap terpusat pada sosok Rissa. Rasa kantuknya menjauh tertutupi oleh bayangan gadis berambut panjang yang ia kenal saat masih kelas X dulu. Ditemani dengan alunan lembut lagu Peter Pan yang ia dengarkan lewat headset, ia membiarkan alam pikirannya menjelajahi memori-memori indah yang pernah dilalui bersama dirinya.


Di malam yang sesunyi ini
Aku sendiri tiada yang menemani
Akhirnya kini kusadari dia telah pergi
Tinggalkan diriku
Adakah semua kan terulang
Kisah cintaku yang seperti dulu
Hanya dirimu yang kucinta dan
kukenang di dalam hatiku
Tak kan pernah hilang
Bayangan dirimu untuk selamanya
Mengapa terjadi kepada dirimu
Aku tak percaya kau telah tiada
Haruskah ku pergi tinggalkan dunia
Agar aku dapat berjumpa denganmu

Minggu, 16 November 2008

pernikahan dini

Satu lagi masalah sosial masyarakat yang pernah saya lihat..Huhuhuhu. Masalah sosial ini ada hubungannya dengan topik yang sedang hangat-hangatnya diberitakan di media massa. Ini mengenai pernikahan usia dini, ketika pertama kali saya mengetahui berita ini, saya tidak terlalu kaget atau heboh karena saya sudah melihat secara live pernikahan usia dini ini lagi lagi ketika di bangku SD. Di kalimantan Barat banyak sekali peristiwa seperti itu, benar-benar masalah sosial deh !Beberapa tahun yang lalu, Pukul 6.30 pagi, saya bersiap-siap berangkat sekolah. Saya berjalan kaki melewati salah satu rumah yang terdengar sangat ribut. Dengan mata polosku waktu itu, saya melihat kakak perempuan teman kecilku diseret-seret keluar dari rumah kayunya oleh Ibundanya. Ketika diseret seperti binatang, kakak perempuan temanku ini masih mengenai pakaian tidurnya yang selembut sutra dan berwarna putih (kalau tidak salah...Hehehe). Dia ditarik menuju ke kapal motor yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk ke luar kota. Saya terus saja berdiri kebingungan melihat pertunjukkan itu. Jarum jam telah berputar dan sesaat berhenti di angka 7, kebingunganku ini sungguh menyusahkan, ia membuatku lupa waktu. Saya berlari ke sekolah layaknya pelari profesional. Sambil berlari, saya bertanya-tanya ada apa dengan si Ibu dan si anak, kejadian itu sungguh menuai rasa penasaran sampai-sampai saya tidak peduli dengan jalan berbatu menuju sekolahku dan entah jarum jam menunjuk ke angka berapa.Untung saja, saya tidak terlambat karena kebetulan guru kesukaanku belum masuk kelas, ya saya lurus saja masuk tu kelas ...Hehehehe.Kemudian saya mengetahui ada apa sebenarnya, ternyata si Ibu memaksa si anak yang masih berusia 15 tahun menikah dengan laki-laki yang jauh jauh jauh jauh lebih tua daripadanya...Fufufufu sungguh miris. Beberapa waktu kemudian, saya melihat foto nikah si anak dan lak-laki yang menurut saya hanya cocok menjadi ayah keduanya. Ya apa boleh buat semua itu terjadi karena kemiskinan yang menggelogoti keluarganya. Pernikahan paksa ini tidak hanya berhenti pada sebuah titik. Baris demi baris peristiwa pernikahan usia dini tertulis lagi untuk melanjuti titik itu. Kali ini menimpa teman sekelasku, ia harus berhenti sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya, yang saat itu SPP-nya berkisar Rp500,00 per bulan. Temanku ini juga harus menikah dengan laki-laki yang lebih tua untuk membantu ekonomi orang tua tercintanya.Hingga sekarang pernikahan seperti ini masih ada di Kal-Bar, info ini saya dapat dari sepupuku yang terus menjalin komunikasi dengan saya, meskipun kami sudah 6 tahun tidak bertemu. Dari sepupuku inilah, saya mengetahui mantan adik kelasku di SD sudah menikah sebelum sempat mencicipi masa-masa SMA. Ia menikah atas nama masalah ekonomi bukan atas nama cinta, sungguh alasan yang klasik, tetapi nyatanya memang begitu keadaannya.Satu lagi, yang menyalurkan gadis-gadis yang akan dinikahkan ke luar negeri (terutama ke Taiwan dan Malaysia) adalah seorang penyalur yang kita sebut dengan Mak comblang . Mak comblang ini akan mengkarantina anak-anak didiknya (gadis-gadis yang akan dinikahkan) di sebuah rumah mewah, sehingga tempat penampungan ini terkesan perumahan elit yang biasa kita jumpai. Di dalamnya para gadis itu akan diajari tata cara menjadi istri yang baik dan juga diajari bahasa mandarin karena sebagian besar calon suaminya itu berbahasa mandarin.By Julisa